Matahari pagi, perlahan tapi pasti mulai pancarkan semburat cahayanya, menyapu butiran-butiran embun yang masih menggantung diujung rerumputan pelataran Parahyangan Agung Jagatkarta, Gunung Salak.. Perasaan hangat mulai dirasakan oleh umat yang hadir di lereng salah satu gunung yang dikeramatkan oleh masyarakat tatar sunda sejak ribuan tahun.
Hari itu adalah hari pertama Penataran Pinandita dan Sarati banten dengan materi: Pitra Yadnya dan Wiwaha Samskara. Dilaksanakan pada hari Jumat-Sabtu-Minggu, 30 April, 1-2 Mei 2010, dengan
Nara sumber: Ida Pedanda Gede Panji Sogata, Gede Jaman (Pembimas Hindu DKI) dan Ketut Bantas (ketua PHDI DKI). Jumlah peserta 69 orang yang terdiri dari 47 orang Pinandita dan 22 orang Sarati Banten.Kegiatan yang terselenggara berkat kerjasama: Parisada Hindu Dharma Indonesia DKI Jakarta dengan Pinandita Sanggraha DKI Jakarta ini berlangsung demikian tertib,tepat waktu, displin tinggi dan penuh dengan rasa kebersamaan dalam membina umat. Dari Pura BSD diwakili oleh 4 orang tokoh umat dari Pamulang dan BSD yaitu Ketut Suarna, I Wayan Kedep, Bu Wayan Kedep, dan Bu Nyoma Yasi Buana.
Materi yang disajikan meliputi: Yoga Namaskar, Meditasi, Wiwaha Samskara, Administrasi perkawinan, Sasana Pinandita dan Pitra Yadnya. Selama 3 hari, kegitan diawali dengan Latihan Yoga Namaskar dan Meditasi yang dipandu langsung oleh Ida Pedanda Gede Panji Sogata, selanjutnya pada tengah malam dilakukan: pengucapan 1080 nama Siwa dan renungan malam.
Kegiatan ini mendapat sambutan dan dukungan penuh dari Yayasan Giri Taman Sari selaku pengempon Pura Parahyangan Agung Jagatkartta. Dukungan yang diberikan meliputi penyediaan konsumsi, fasilitas penginapan dan akomodasi peserta penataran. Ketua Yayasan I GST BAGUS WIYRA, berpesan agar menjadikan Pura ini sebagai pusat kegiatan peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia Hindu baik dalam tingkat penataran, seminar, widya asrama dll, yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan spiritual keagamaan.
Sebagai Nara sumber, Ida Pedanda Gede Panji Sogata, memberikan arahan dan wawasan yang luas mengenai perlunya pemahaman tentang Ngaben Pranawa, yang paling ideal di laksanakan di DKI Jakarta, mengingat keterbatasan dalam penyediaan sarana upakara, jumlah umat dan efisiensi biaya.
Bapak I Ketut Bantas menguraiakan tentang konseling pranikah (marriage Counseleing) ditujukan kepada orang tua dan pinandita dimasudkan agar bisa menyampaikan materi ini kepada umat disetiap kegiatan di Pura, bukan berarti menganjurkan Pinandita boleh memiliki isteri lebih dari 1.
Bapak I Gede Jaman, memaparkan materi Keluarga Sukhinah; bagaimana membangun, menjaga dan menteladani keluarga ini agar menjadi panutan di dalam masyarakat Hindu khususnya umat di DKI Jakarta. Karena ada beberapa, keluarga yang sudah ditinggalkan oleh putera-puterinya berpindah agama, akibat dari kurangnya pemahaman agama dan kesibukan orang tua di Ibu Kota Jakarta.
Namaste,
ketut suada
kelian banjar BSD
