Selasa, 12 Oktober 2010

Namanya:PARAHYANGAN JAGAT GURU


[BSD City,10-10-2010].Senja itu langit masih biru,matahari enggan buru-buru meninggalkan siang. Seolah tidak mau melewatkan tahapan demi tahapan acara pemlaspasan alit hari itu, mulai dari pecaruan,penentuan nama pura, pewintenan, hingga persembahyangan pamungkas seluruh umat yang hadir.
Ada satu sesi yang membuat suasana menjadi sedikit berbeda. Yaitu sesi penentuan nama Pura kita tercinta. Dimana sontak semuanya hening,lebih khidmat dari biasanya. Didasari oleh titah Ratu Singgih Peranda Gede Putra, 5 (lima) lilin dinyalakan mendampingi lima nominasi calon nama Pura yang dituliskan pada lintingan kertas putih, semuanya begitu indah dan bagus. Kelima nominator nama Pura itu adalah :
1.Siliwangi Vidyalaya
2. Buana Santi Dharma
3. Buana Saraswati Dharma
4. Bumi Santi Dharma
5. Parahyangan Jagat Guru

Kelima lilin berukuran sama baik batang maupun sumbunya itu didirikan di atas sebuah mangkok berukuran sama dan diletakkan pada sebuah nampan berukuran sedang. Semua lilin dinyalakan serentak oleh lima pimpinan umat yaitu : Bapak Anak Agung Ketut Suarta (Ketua Parisada Propinsi Banten), Bapak Ketut Arnaya (Ketua Parisada Tangerang Selatan), Bapak Ketut Suada (Ketua Banjar Swadharma Krama Serpong), Bapak Putu Santika (Ketua Panitia Pembangunan Pura), Bapak Nyoman Buana (Ketua Panitia Pemlaspasan Alit). Telah diperkirakan secara teoritis dan melalui proses kalibrasi bahwa sebatang lilin tersebut berumur 30 menit dengan asumsi nyala api dalam keadaan menyala terus.
Demikianlah, satu demi satu lilin itu padam. Degup jantung umat yang menyaksikan pemandangan itu mulai berkecamuk, berharap besar agar nama yang dijagokannya akan padam paling akhir. Ada yang semakin khusyuk menguncarkan nama-nama suci Tuhan agar nama apapun yang terpilih adalah nama yang terindah, terbagus, terbaik, sekaligus merupakan nama yang terberkati.
3(tiga) lilin telah padam mendahului dua lainnya. Kedua Lilin yang masih menyala membuat suasana lebih mencekam. Bagaikan babak final piala dunia, lilin yang padam terakhir akan menjadi juara dunia kali ini. Namun kita hanya penonton, kandungan yang membentuk masing-masing lilin tentu lebih berperan,meskipun dikerjakan dalam pabrik yang sama, proses produksi yang sama, campuran material yang sama, bahkan standar yang sama, barangkali atas kehendakNYA diantara lilin-lilin itu pasti ada pembeda. Belum lagi desir angin yang kadang-kadang menerpa nyalanya, sehingga sempat membuat nyala lilin seperti hendak jatuh menerpa dasar mangkok.
Akhirnya satu lilin padam,menyisakan SATU LILIN lainnya yang kemudian padam pada menit ke 29 (dua puluh Sembilan).Penantian hadirin pun sejenak berakhir meski tetap menunggu nama manakah yang tertulis pada lintingan kertas putih itu. Satu demi satu nama empat lilin yang padam dibacakan oleh Ibu Puji, seorang MC yang sangat piawai mengantarkan jalannya upacara sehingga terasa lebih tertib, khidmat dan sejuk. Setiap nama yang disebut barangkali memantik sedikit kekecewaan untuk sebagian umat yang menjagokan nama tersebut, namun kemudian kembali tersadar bahwa Hyang Widhi yang menentukan, dan pasti memberikan yang terbaik.
Dan tibalah saatnya pembacaan nama terakhir, nama terbaik menurut Hyang Widhi, dibacakan oleh Ratu Singgih Peranda. Tertulis pada kertas putih itu : PARAHYANGAN JAGAT GURU. Suara Ratu Peranda seperti pukulan palu sebuah sidang paripurna. Maka dengan senyum sumringah semua hadirin bertepuk tangan tanda syukur dan suka cita. Terimakasih untuk semua pengusul nama, terimakasi untuk semua degup jantung yang mengiringi penentuan nama pura ini. Terimakasih PARAHYANGAN JAGAT GURU !, nama Pura kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar